Kamis, 01 Juli 2010

Siksaan 468 kilometer

Liburan. Liburan panjang, pasti sangat dinanti-nanti, dinikmati, oleh kebanyakan orang. Tapi tidak untukku, dan mungkin tidak sedikit temanku. Karena liburan yang kini kami jalani adalah liburan kelulusan, kelulusan yang memisahkan kami dari SMP kami.

Bosan, dan juga rindu yang sering kurasakan membuat liburan ini hampa. Kebetulan aku diajak ke rumah saudaraku, adik dari almarhum ayahku, atau sering kami panggil ‘om’. Mungkin cukup untuk mengisi liburan yang kosong ini. Rumahnya di Bogor. Kesan pertamaku, males. Aku bosan di perjalanannya yang seringkali bokongku jadi korbannya. Tapi aku tak punya pilihan, aku harus ikut. Dan waktu pun berjalan, tik tik tik. *bukan bunyi hujan lho*

Tibalah waktu keberangkatan, Rabu (23/6). Sekitar pukul 16.00 kami berangkat, meninggalkan Purbalingga. Aku duduk di belakang, paling belakang. Di tengah. Nyata,
ketidaknyamanan menghampiri. Mulailah aku membenci posisi dudukku; geser ke kanan, ke kiri, maju, mundur, jaan.. Belum kudapat juga PW itu.

Sampai di Randu Dongkal, cukup jauh dari Purbalingga. Setelah shalat, aku minta pergantian pemain tempat duduk. Akhirnya dengan sakit baik hati, bude-ku pindah ke belakang. Perjalanan berlanjut dan bokongku bebas dari siksaan berkesinambungan. Fiuh.. Riangnya hatiku. :-D Haha..

Dan hampir pukul 04.00, kami tiba di Bogor. Tiba di rumah om yang kecil, sederhana, namun terlihat berisi. Setelah itu, ada sedikit waktu sebelum subuh, kami tidur.

Setelah mandi, aku berkeliling, *inget, udah pake baju* berjalan-jalan melihat lingkungan di sana. Ternyata adem, sejuk juga. Tidak seperti yang kubayangkan. Suasana kota yang panas, debu, berisik. Di sana, jauh dari kesan itu.

Kami mampir ke Jakarta. Pandanganku ditarik oleh gedung-gedung yang menjulang. Gedung itu termasuk dalam beberapa perbedaan jelas antara Jakarta dan Purbalingga. Perbedaan yang kudapat;
  • Frekuensi gedung
  • Jalan tol
  • Frekuensi kendaraan
  • Cara berpakaian
  • Blackberry
Akhirnya GSA (Gelanggang Samudera Ancol) dan PRJ, cukup membuatku terhibur. Perjalanan hari Kamis ini berakhir dengan tersesat. Kobeng. Kita kehilangan jalan pulang ke Griya Bukit Jaya, perumahan dimana rumah om berada. Pukul 20.00 kita sampai rumah om.
Ibu dan adikku
Jumat. Kami pergi ke PGC (Pusat Grosir Cililitan). Hmm.. Ibu paling seneng. Belanja-belanja. Barang murah. Jaan.. Pukul 11.45, kami naik ke puncak gunung gedung. Menuju masjid yang cukup luas, terlihat orang-orang yang telah memenuhi setiap serambi.

Kami pulang. Dan berjam-jam di PGC, yang kudapat hanya satu kaos. Tapi tak apa, yang penting pengalaman, oleh-oleh hanya sedikit bukti. Lagipula, melihat kediaman presiden RI pun sudah menjadi oleh-oleh tersendiri.

Pukul 15.00, setelah shalat Ashar, kami pulang ke Purbalingga. Lagi, siksaan 468 km menanti. Hmm.. Derita batin. Tapi, ya sudahlah. Tawakal. Ternyata tidak seburuk yang kubayangkan. Meski macet di Tol Cikampek dan Pamanukan, ku terima dengan kesuh sabar.

Pukul 08.00, akhirnya aku bisa menyentuh rumah. Kembali menemui nomor polisi ‘R’. Hmm.. Syukurlah, alhamdulillah. Dan aku hanya bisa melewati kebosanan lagi, sampai sekolah harus kudatangi.

2 komentar:

  1. Fi, aku iri.... (sama liburannya lho, bukan sama blog'e)...

    BalasHapus
  2. ooh, y tinggal pergi, liburan..

    BalasHapus