Mungkin
terlalu menggurui atau sok tahu membahas topik seperti ini, maka dari itu saya tekankan
ini hanya saran seorang anak bagi orang tua untuk membuat sistem pendidikan
menjadi lebih baik lagi.
Mari
majukan Indonesia! #apalah
Bagi beberapa anak
berlaku: intensitas perintah orang tua tidak sebanding dengan tingkat kesadaran
anak akan tugasnya.
Berdasar pada
pengamatan yang saya lakukan, anak yang setiap melakukan rutinitas selalu
diingatkan (diperintah kembali) justru membuat si anak secara tidak sadar
berpikir “Belum diperintah ini, berarti belum
waktunya.” Pemikiran seperti itu menyebabkan anak akan terbiasa menunggu
perintah atau menunda-nunda pekerjaan. Hal ini tentu kurang baik mengingat
pendidikan kepemimpinan itu sangat penting.
Bagaimana bisa
seseorang menjadi pemimpin jika di masa kecilnya tidak hidup mandiri. Seorang
pemimpin tidak menunggu perintah, seorang pemimpin memiliki inisiatif. Tetapi
seperti kita ketahui, hidup pasti perlu bantuan orang lain. Bahkan untuk hidup
mandiri sekali pun. Anak harus diberi kesempatan untuk mandiri, dilatih.
Tidak perlu selalu
mengingatkan anak, ingatkan cukup di awal saja. Jika dia mulai lupa akan
tanggung jawabnya, berikan dia waktu untuk menyadarinya sendiri, atau dengan
kata lain, biarkan. Tetapi apabila dia justru lebih malas lagi, itulah waktunya
untuk diingatkan. Tentu bukan dengan kemarahan. Berilah dia pengertian dengan
kata-kata penuh sayang, dengan pujian tentu akan sangat bijak. Kadang, perintah
melalui pujian dapat menghipnotis seseorang untuk melakukannya dengan senang
hati.
Memang karakter si anak
sangat berpengaruh dalam kedisiplinannya, namun bukankah karakter si anak
terbentuk dari bagaimana pendidikan yang ia terima dan lingkungannya juga.
Untuk itu, hal-hal sepele yang biasanya kurang diperhatikan bisa saja sangat
berpengaruh bagi alam bawah sadar anak yang akan membentuk kepribadiannya.
Sekadar melakukan
perintah bukan berarti sadar akan tanggung jawab, bisa saja jika tidak lagi
diperintah si anak lupa kembali dengan tugasnya. Dan ini yang lebih sering
terjadi. Namun jika kesadaran yang
diutamakan, mungkin hasilnya akan lebih baik.
Kesadaran akan tanggung
jawab lebih penting daripada sekadar melakukan. Hal ini seperti kupu-kupu dalam
kepompong. Kupu-kupu dalam kepompong akan menjadi kupu-kupu kuat jika dia
keluar dengan kemampuannya sendiri. Paksaan dari luar, seperti membukakan kepompong,
akan mengeluarkannya ketika dia belum memiliki kemampuan hidup, hal ini dapat
menyebabkan kupu-kupu tidak bisa bertahan hidup. Memang, kesadaran yang datang
dari dalam diri akan membuat seseorang tulus melakukan tanggung jawabnya.
Anak dengan pemikiran
dewasa seharusnya sudah bisa menyadari tanggung jawabnya, dapat melakukan
hidupnya sendiri tanpa perintah dari orang lain, khususnya dari orang tua.
Mereka memiliki inisiatif sendiri, menyadari tugasnya di muka bumi ini untuk
berguna bagi lingkungan sekitar. Tidak hanya menambah beban bumi.
“Berusahalah untuk selalu menjadi orang yang
bermanfaat bagi orang lain. Kalau pun belum bisa bermanfaat, paling tidak tidak
menyusahkan orang lain.”
Mohon maaf bila saya menyampaikan perkataan yang kurang pantas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar