Kamis, 09 Juni 2011

Oleh-oleh Lagi

Protected by Copyscape Duplicate Content Finder

Masih ingat Agus? Atau tepatnya, apa kamu tahu Agus? Dia adalah temanku, pernah ku bahas di Wordpress-ku. Ini cerita tentang dia. Setelah dulu ia memberi pelajaran dari kecelakaan yang ia alami, hari ini ia kembali membawa pelajaran untukku.

Kamis, 9 Juni 2011. Aku pulang dari sekolah pukul 12.30.
Seperti biasa, aku pulang naik bus. Tapi kulihat ada yang beda, Agus lah yang menjadi kenek. Seorang anak yang 1 tahun lebih tua dariku, ia baru lulus bangkku SMP tahun ini, berbeda dengan kebanyakan orang di sekitar kita, ia tidak melanjutkan sekolahnya. Kenapa? Tetap, masalah biaya. Perekonomiannya memang sulit, ditambah lingkungan ia tinggal juga kurang memberi semangat agar ia bersekolah. Maka ia harus membantu meringankan beban ekonomi keluarganya.

Rupiah demi rupiah ia hitung. Badan kecilnya mungkin kurang proporsional untuk menjadi kenek, ya walaupun embel-embel binaragawan bukan syarat menjadi kenek. Untuk mengangkat barang-barang penumpang yang kadang berat, tidak pas kelihatannya bagi anak 15 tahun itu. Ingin sebenarnya kukatakan tadi, "Gus, duduk aja sih, kan ada kursi kosong". Mungkin nanti, jika aku telah mampu, akan kubantu ia, kuajak ia di kehidupan yang sepantasnya ia alami. Ayo, bagi kita yang masih punya kesempatan, ubah dunia! Ubah lingkungan kita. Semua berawal dari perubahan diri kita ke arah lebih baik. Teruslah berubah, perbaiki diri. Karena satu-satunya hal yang tetap di dunia ini adalah perubahan.

Oya, akhir-akhir ini juga kudengar ia menjadi tukang cuci mobil+motor. Mirisnya, ia hanya dibayar Rp 3000 setelah selesai mencuci 1 mobil dan 1 motor.
Jadi, pelajaran yang kudapat lagi darinya adalah sebagai manusia aku harus bersyukur, selalu optimis dengan apa yang kuhadapi. Aku harus bisa menghargai jerih payah orang lain, termasuk orang tua yang telah menghabiskan semua keringatnya, melupakan letihnya hanya untuk kita, anaknya. Beberapa bentuk nyatanya, aku harus menghemat uang, memanfaatkannya dengan bijak, seperlunya. Dan bersekolah sungguh-sungguh, untuk meraih cita di depan sana, memberikan cinta pada orang tua.

Satu lagi, "pelajaran tak hanya didapat dari buku, guru atau profesor, tapi pelajaran bisa juga didapat dari pengalaman, dari orang lain, atau dari hal lain, bahkan binatang. itu lebih realistis daripada tulisan-tulisan yang ditulis oleh orang bergelar sekalipun".

Mungkin dia tak seberuntung kita, tapi aku harus tetap merangkulnya, kita harus tetap bersama anak-anak sepertinya. Siapa yang salah? Dia? Orang tuanya? Lingkungannya? Tidak. Tidak ada yang salah. Semua hal, termasuk ketidakbahagiaan di dunia memang sudah diatur oleh Yang Kuasa, agar kita semua bisa mendapatkan kebahagiaan di akhirat. Dan itu menjadi pilihan kita, mau melangkah kemana. Kita hanya tinggal tawakal (bukan pasrah), mengikuti apa yang Ia kehendaki, bukan apa yang kita kehendaki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar