Jumat, 10 Mei 2013

Makin Sering Diingatkan, Makin Malas Melakukannya

Mungkin terlalu menggurui atau sok tahu membahas topik seperti ini, maka dari itu saya tekankan ini hanya saran seorang anak bagi orang tua untuk membuat sistem pendidikan menjadi lebih baik lagi.

Mari majukan Indonesia! #apalah

Bagi beberapa anak berlaku: intensitas perintah orang tua tidak sebanding dengan tingkat kesadaran anak akan tugasnya.

Berdasar pada pengamatan yang saya lakukan, anak yang setiap melakukan rutinitas selalu diingatkan (diperintah kembali) justru membuat si anak secara tidak sadar berpikir “Belum diperintah ini, berarti belum waktunya.” Pemikiran seperti itu menyebabkan anak akan terbiasa menunggu perintah atau menunda-nunda pekerjaan. Hal ini tentu kurang baik mengingat pendidikan kepemimpinan itu sangat penting.
Bagaimana bisa seseorang menjadi pemimpin jika di masa kecilnya tidak hidup mandiri. Seorang pemimpin tidak menunggu perintah, seorang pemimpin memiliki inisiatif. Tetapi seperti kita ketahui, hidup pasti perlu bantuan orang lain. Bahkan untuk hidup mandiri sekali pun. Anak harus diberi kesempatan untuk mandiri, dilatih.

Tidak perlu selalu mengingatkan anak, ingatkan cukup di awal saja. Jika dia mulai lupa akan tanggung jawabnya, berikan dia waktu untuk menyadarinya sendiri, atau dengan kata lain, biarkan. Tetapi apabila dia justru lebih malas lagi, itulah waktunya untuk diingatkan. Tentu bukan dengan kemarahan. Berilah dia pengertian dengan kata-kata penuh sayang, dengan pujian tentu akan sangat bijak. Kadang, perintah melalui pujian dapat menghipnotis seseorang untuk melakukannya dengan senang hati.

Memang karakter si anak sangat berpengaruh dalam kedisiplinannya, namun bukankah karakter si anak terbentuk dari bagaimana pendidikan yang ia terima dan lingkungannya juga. Untuk itu, hal-hal sepele yang biasanya kurang diperhatikan bisa saja sangat berpengaruh bagi alam bawah sadar anak yang akan membentuk kepribadiannya.

Sekadar melakukan perintah bukan berarti sadar akan tanggung jawab, bisa saja jika tidak lagi diperintah si anak lupa kembali dengan tugasnya. Dan ini yang lebih sering terjadi. Namun jika kesadaran yang diutamakan, mungkin hasilnya akan lebih baik.

Kesadaran akan tanggung jawab lebih penting daripada sekadar melakukan. Hal ini seperti kupu-kupu dalam kepompong. Kupu-kupu dalam kepompong akan menjadi kupu-kupu kuat jika dia keluar dengan kemampuannya sendiri. Paksaan dari luar, seperti membukakan kepompong, akan mengeluarkannya ketika dia belum memiliki kemampuan hidup, hal ini dapat menyebabkan kupu-kupu tidak bisa bertahan hidup. Memang, kesadaran yang datang dari dalam diri akan membuat seseorang tulus melakukan tanggung jawabnya.

Anak dengan pemikiran dewasa seharusnya sudah bisa menyadari tanggung jawabnya, dapat melakukan hidupnya sendiri tanpa perintah dari orang lain, khususnya dari orang tua. Mereka memiliki inisiatif sendiri, menyadari tugasnya di muka bumi ini untuk berguna bagi lingkungan sekitar. Tidak hanya menambah beban bumi.

 “Berusahalah untuk selalu menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain. Kalau pun belum bisa bermanfaat, paling tidak tidak menyusahkan orang lain.”

Mohon maaf bila saya menyampaikan perkataan yang kurang pantas.


Protected by Copyscape Duplicate Content Finder

Tidak ada komentar:

Posting Komentar